Senin, 15 Mei 2017
BIMBINGAN
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN YANG BAIK
Bimbingan belajar
atau bimbingan akademik adalah suatu satuan dari pembimbing kepada individu
(siswa) dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program
studi sesuai dan dalam mengatasi kesukaran-kesukaran yang timbul berkaitan
dengan tuntutan-tuntutan belajar di institusi pendidikan[1].
Berdasarkan
pengertian di atas bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari
pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah belajar.
Tujuan umum
bimbingan belajar karena siswa merupakan individu yang sedang dalam proses
perkembangan, maka tujuan bimbingan belajar adalah membantu individu agar
mencapai perkembangan optimal; sehingga tidak menghambat atau terganggu akan
berpengaruh terhadap perkembangan atau kemampuan belajarnya. Tujuan khusu
bimbingan belajar adalah agar siswa mampu menghadapi dan memecahkan
masalah-masalah belajar. Dalam konteks kemandirian, tujuan bimbingan belajar
adalah agar siswa mandiri dalam belajar[2].
Menurut
( Nichol, 2002:37) dalam buku (Aunurrahman)
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya
belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82%
anak-anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang
positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut
menurun drastis menjadi hanya 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya
4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan
perasaan ketidaknyamanan[3].
Belajar
merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal
tersebut adalah seluruh mental, yng meliputi ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut diamati secara tidak
langsung. Artinya proses belajar yang merupakan internal siswa tidak dapat
diamati, akan tetapi dapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak
melalui perilaku siswa mempeajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut
merupakan repons siswa terhadap tindakan mengajar atau tindakan pembelajaran
dari guru. Perilaku blajar tersebut ada hubungannya dengan desain intruksional
guru, karena di dalam desain intruksional, guru membuat tujuan intruksional
khusus atau sasaran belajar[4].
Pembelajaran adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.Untuk menciptakan
dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan
menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun
teori belajar.
Implikasi Prinsip-prinsip
Belajar dalam Pembelajaran yaitu :
1.
Prinsip perhatian dan motivasi
Motivasi
merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan
melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang
mampu menubah energy dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nayat untuk
mencapai tujuan tertentu.
Dalam
kegiatan belajar, peran guru sangat penting di dalam menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Menyadari bahwa motivasi terkait serta dengan kebutuhan, maka
tugas guru adalah meyakinkan para siswa agar tujuan belajar yang ingin
diwujudkan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap siswa. Guru hendaknya dapat
meyakinkan siswa bahwa hasil belajar yang baik adalah suatu kebutuhan guna
mencapai sukses yang dicita-citakan. Perilaku atau sikap yang terpuji adalah
kebutuhan, karena seseorang kelak tidak mungkin dapat hidup harmonis dan
diterima dilingkungan sosial masyarakat bilamana ia tidak dapat menunjukan
sikap atau perilaku yang baik. Keterampilan tertentu adalah kebutuhan, karena
setiap pekerjaan membutuhkan keterampilan. Bilamana guru dapat merubah tujuan-tujuan
belajar ini menjadi kebutuhan, maka siswa akan lebih mudak untuk terdorong
melakukan aktivitas belajar.
Motivasi
dapat bersifat internal dan eksternal beberapa penulis atau ahli yang lain
menyebutkan motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau motivasi
intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan suatu
aktivitas. Sebagai contoh, seorang siswa mempelajari pelajaran fisika dengan
sungguh-sungguh karena terdorong untuk memperoleh pengetahuan atau mendalami
mata pelajaran tersebut. Siswa yang lain mengerjakan lukisan-lukisannya dengan
cermat dan sungguh-sungguh karena sangat tertarik dan menyenangi lukisan yag
dibuatnya.
Motivasi
eksternal adalah dorongan yang berasal dari luar dari individu. Tono seorang
murid skeolah dasar, berusaha belajar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan
nilai yang tinggi pada mata pelajaran matematika misalnya, karena orang tuanya
menjanjikan akan memberikan hadiah bilamana ia mendapatkan nilai yang tinggi
pada mata pelajaran tersebut. Seorang
atlit berusaha keras mencapai prestasi, karena ingin mendapatkan predikat juara
dan memperoleh sejumlah hadiah yang dijanjikan.
Tentu
saja setiap siswa melakukan aktivitas belajar diharapkan didorong oleh motivasi
internal karena hal itu menjadi petanda telah tumbuhnya kesadaran dari dalam
diri siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Namu demikian tidak berarti
bahwa motivasi eksternal tidak memiliki posisi yang penting bagi para siswa,
karena hasil-hasil penelitian juga banyak menunjukan bahwa pemberian motivasi
menjadi faktor yang memberi pengaruh besar bagi pencapaian hasil belajar atau
kesuksesan seseorang.
Penerapan
prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung
dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan
dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut;
·
Setiap individu tidak hanya didorong oleh
pemenuhan aspek-aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu
perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat
ini.
·
Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai
dalam memenuhi tujuan dorongan terjadinya peningkatan usaha.
·
Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur
kepribadian
·
Rasa aman dn keberhasilan dalam mencapai
tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar
·
Motivasi bertambah bila para pelajar
memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat
dipenuhi
·
Kajian dan penguatan guru, orang tua, dan
teman seusi berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
·
Insentif dan hadiah material kadang-kadang
berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena
ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
·
Kompetisi dan insentif dalam waktu
tertentu dapat meningkatkan motivasi
·
Sikap yang baik untuk belajar dapat
dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasan belajar yang memuaskan.
·
Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan
kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
Agar motivasi belajar siswa dapat tumbuh
dengan baik maka guru harus berusaha:
·
Merancang atau menyiapkan bahan ajar yang
menarik
·
Menggunakan metode dan teknik pembelajaran
yang menyenangkan
·
Mengupayakan pemenuhan kebutuhan siswa di
dalam belajar (misalnya kebutuhan untuk dihargai, tidak merasa tertekan dsb).
·
Meyakinkan siswa bahwa mereka mampu
mencapai suatu prestasi
·
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan
siswa dan sesegera mengkin pula memberitahukan hasilnya kepada siswa.
·
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang
sedang dipelajari siswa dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehari-hari[5].
2.
Prinsip Keaktifan
Keaktifan
anak dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus
dipahami, disadari akan dikembangkan oleh setiap guru di dalam proses
pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam
setiap bentk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan fiisk jika
dibutuhkan[6].
3.
Prinsip Keterlibatan Langsung
Keterlibatan
langsung siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang
lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar,
mengamati dan mengikuti, akan tetapi terlibat langsung di dalam melaksanakan
suatu percobaan, peragaan atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan
langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar
sendiri. Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang
diperoleh dari kegiatan blajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar
Dale dalam penggolongan pengalaman beljarnya yang dituangkan di dalam krucut
pengalaman belajar mengemukakan bahwa belajar yang baik adalah belajar melalui
pengalaman langsung[7].
4.
Prinsip Pengulangan
Teori
belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip belajar
pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir,
mengingat, megamati, menghapal, menanggapi dan sebagainya. Melalui
latihan-latihan maka daya-daya tersbeut
semakin berkembang. Sebaliknya semakin kurang pemberian latihan, maka daya-daya
tersebut semakin lambat perekembangannya[8].
5.
Prinsip Perbedaan Individual
Menurut
(Killen,1998:5) dalam buku (Aunurrahman) Sebelum guru menentukan strategi
pembelajaran , metode dan teknik-teknik evaluasi yang akan dipergunakan, maka
guru terlebih dahulu di tuntut untuk memahami karakteristik siswa dengan baik.
Hal ini dikarenakan dari hasil sejumlah riset menunjukan bahwa keberagaman
faktor, seperti sikap siswa, kemampuan dan gaya belajar, pengetahuan serta
kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen yang memberikan dampak
sagat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus siswa-siswa pelajari.
Peserta
didik adalah individual yang memiliki keunikan, berbeda satu sama lain dan
tidak satupun yang memiliki ciri-ciri persis sama meskipu mereka itu kembar.
Setiap individu pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan individu
lainnya. Perbedaan individual ini merupakan kodrat manusia yang bersifat alami.
Berbagai faktor dalam diri individu berkembang melalui cara-cara yang
bervariasi dan oleh Karena itu menghasilkan dinamika karakteristik individual
yang bervariasi pula. Karakteristik individual yang berbeda sehingga tiap
individu sebagai kesatuan jasmani dan rohani mewujudkan dirinya secara utuh
dalam keunikannya. Keunikan dan perbedaan individual itu oleh perbedaan faktor
bawaan dan lingkungan yang dimiliki oleh masing-masing individu. Perbedaan
individual tersebut membawa implikasi imperative terhadap setiap layanan
pendidikan untuk memperhatikan karakteristik anak didik yang unik dan
bervariasi tersebut. Menyamarkan layanan pendidikan terhadap individu yang
memiliki karakteristik berbeda satu sama lain berarti mengingkari hakikat dan
kodrat kemanusiaannya sehingga akan berakibat diperolehnya hasil yang kurang
memuaskan [9].
6.
Prinsip belajar kognitif
Beberapa hal berikut ini
sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran kognitif;
·
Perhatian haru dipusatkan pada aspek-aspek
lingkungan yang relevan sebelum proses belajar kognitif terjadi.
·
Hasil belajar kognitif kana bervariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada
·
Pengalaman belajar harus diorganisasikan
kedalam satuan-satuan atau unit-unit yang sesuai
·
Bila menyajikan konsep, kebermakaan dalam
konsep amatlah penting. Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan
penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna[10].
7.
Prinsip belajar afektif
Pembelajaran afektif
dapat dilaksanakan dengan baik dalam upaya mencapai hasil belajar yang
diharapkan bilamana guru memperhatikan beberapa hal berikut :
·
Sikap dan nilai tidak anya diperoleh dari proses pembelajaran
langsung, akan tetapi sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang
lain.
·
Sikap lebih mudah dibentuk karena
pengalaman yang menyenangkan
·
Nilai-nilai yang ada apada diri individu
dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
·
Bagaimana para siswa menyesuaikan diri dan
membri reaksi terhadap situasi akan tetapi memberi dampak dan pengaruh terhadap
proses belajar afektif.
·
Dalam banyak kesempatan nilai-nilai
penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan tetap melekat sepanjang hayat
·
Proses belajr disekolah dan kesehatan
mental memiliki hubungan yang erat
·
Model interaksi guru dan siswa yang
positif dalam proses pembelajaran di kelas, dapat memberikan kontribusi bai
tumbuhnya sikap positif di kalangan siswa[11].
Bimbingan interaksi Guru
dan Siswa
·
Menunjukan perasaan positif
Tunjukan bahwa anda berminat pada siswa,
bahwa anda bertanggung jawab untuk mengurusnya, akan bekerjasama dengannya dan
membantunya untuk memperoleh kesengan serta belajar disekolah.
·
Beradaptasi dengan siswa
Sesuaikan cara bekerja anda dan kaitkan
dengan siswa, dengan memperhatikan dan menakui inisiatif siswa serta sedapat
mungkin memperhatikan cara belajarnya secara individual.
·
Berbicaralah dengan siswa
Kaitkanlah pengajaran anda dengan minat
siswa. Ajaklah mereka untuk berpartisipasi dalam dialog mengenai tema yang anda
sajikan sehingga mereka terlibat secara pribadi.
·
Berikan pujian dan penghargaan
Berikan pujian dan penghargaan kepada tiap
siswa dan kepada seluruh kelas, bila siswa membuat upaya untuk bekerja sama
mengikuti intruksi anda dan bekerja sebaik mereka mampu.
·
Bantu siswa menfokuskan perhatiannya :
Pastikan bahwa anda mendapatkan perhatian
penuh dari anak yang anda ajar. Berikan saran atau bekerja dengan mereka.
Perhatian dan pengalaman bersama merupakan sebuah prasyarat untuk komunikasi.
·
Bantu siswa mencapai disiplin diri :
Bantu siswa beradaptasi secara aademik dan
pribadi terhadap lingkungan dan aktivitas sekolah. Dengan membuat perencanaan
kegiatan yang jelas dan menunjukan sikap dan reaksi yang khas serta dapat
diprediksi. Dengan membiarkan siswa membantu merencanakan aktivitas dan
memberikan penjelasan yang dapat dimengerti. Bila tidak memungkinkan, anda
dapat membantu mereka menjadi lebih termotivasi untuk bekerjasama.
Prediktabilitas lebih baik daripada teguran dan larangan yang terus-menerus[12].
Nama : Khalfia Hairin Meydanisa
Kelas : 2A
NIM : 1601015126
Prodi : Bimbingan & Konseling
[1]
Tohirin, 2013. Bimbingan dan konseling. Depok: Raja Grafindo
Persada, hlm. 127,cet.v
[3]
Aunurrahman, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta, hlm. 33, cet. Viii
[5]
Ibid, hlm. 114
[6]
Ibid, hlm. 119
[7]
Ibid, hlm. 121
[8]
Ibid, hlm. 123
[9]
Ibid, hlm. 130
[10]
Ibid, hlm. 134
[11]
Ibid, hlm. 135
[12]
Tarmansyah, 2007. Inklusi pendidikan untuk semua. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, hlm. 233